Mewaspadai Tiga Indikator Statistik Ekonomi

Mewaspadai Tiga Indikator Statistik Ekonomi

Ekonomi dipandang terlalu sulit untuk dipahami. Namun, para pemuda bangsa Indonesia yang ingin terjun ke dunia enterpreneur berbondong-bondong memahaminya. Acapkali, kesulitan membaca indikator ekonomi menjadi kendala. Kesulitan ini diakibatkan hadirnya banyak indikator yang saling tumpang tindih di berbagai media baik online maupun offline. Tulisan ini berusaha membantu para pemuda yang hendak terjun ke dunia enterpreneur dengan memberikan pengetahuan mengenai tiga indikator statistik yang minimal harus dipahami dalam perekonomian makro. Ketiga statistik ini kami pilih berdasarkan pendapat ahli ekonomi N. Gregory Mankiw dalam Teori Makro Ekonomi (Mankiw, 2010).

  1. Pertumbuhan Prodak Domestik Bruto

PDB adalah indikator yang akan memberikan gambaran singkat perekonomian negara. Resesi (krisis ekonomi skala kecil) dan depresi (krisis ekonomi skala besar) dapat dengan mudah tercermin dalam data statistik ini. Tentu dalam keadaan krisis, mendekati krisis atau bahkan depresi membuat kita harus mempertimbangkan dengan amat sangat akan pengambilan keputusan usaha. Sementara dalam keadaan statistik pertumbuhan PDB yang tinggi, adalah waktu kita untuk menyegerakan diri terjun ke dunia usaha.

PDB sendiri adalah data mengenai jumlah nilai tambah yang dihasilkan dalam produksi didalam suatu negeri. Produksi itu berlaku selama setahun dan dalam perhitungan harga konstan. Secara mudah kami gambarkan sebagai berikut :

Advertisements

BACA JUGA  RE-PODCAST: #EntrepreneurMuda E04 - Membangun Usaha / Bisnis F&B di Masa Pandemi

PDB = (harga bawang x jumlah bawang) + (harga mobil x jumlah mobil) dst …

Tingginya PDB menunjukan bahwa kegiatan ekonomi berjalan dengan sangat baik. Sebalkinya, rendahnya PDB menunjukan bahwa kegiatan ekonomi semakin menurun.

Data PDB dapat dengan mudah diakses lewat situs internet Badan Pusat Statistik. Umumnya, data yang diberikan dalam bentuk mentah berupa angka-angka agregat (keseluruhan) tiap-tiap sektor. Namun, ada pula versi infografis yang mempermudah kita dalam memahami pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

  1. Indeks Harga Konsumen

Kondisi pertumbuhan PDB memang cukup menggambarkan kondisi ekonomi secara makro suatu negara. Namun, acapkali tidak memberikan gambaran mengenai kondisi konsumen. Alasannya karena PDB memberikan gambaran produksi barang dan jasa, namun tidak menggambarkan beban masyarakat dalam membeli barang dan jasa tersebut. Maka muncul indikator kedua yang berupa IHK atau CPI (Consumen Price Index).

CPI dihitung lewat pengamatan terhadap pertumbuhan harga konsumsi konsumen. Semakin tinggi CPI, memberikan gambaran semakin tingginya kenaikan harga. Sebaliknya, jika CPI rendah, artinya harga masih cenderung stabil. Perhitungan CPI secara sederhana kami gambarkan sebagai berikut :

BACA JUGA  Rangkuman Berita Internasional 9 Januari 2021

Ket : sekarang mengacu tahun ini dan kemarin mengacu tahun sebelumnya

Semakin tinggi kenaikan indeks IHK / CPI maka semakin tinggi perhitungan kita dalam mengambil keputusan usaha. Karena pada saat itu, kondiri ekonomi sedang menekan masyarakat. Kecuali, jika usaha yang kita akan geluti adalah bersifat Kebutuhan Primer yang dalam keadaan apapun akan tetap dikonsumsi masayrakat.

Data IHK dapat dengan mudah diakses lewat situs internet Badan Pusat Statistik. Umumnya, data yang diberikan dalam bentuk mentah berupa angka-angka pertumbuhan harga dalam rata-rata bulanan. Namun, ada pula versi infografis yang mempermudah kita dalam memahami pertumbuhan IHK sebagai berikut :

  1. Tingkat Pengangguran

Sumber daya utama suatu negara adalah SDM yang dimiliki negara tersebut. Salah besar apabila kita mengakatan bahwa kekayaan alam yang menjadi hal utama. Pemikiran tersebut sudah terlampau kuno dari era pemikir fisiokratis antara abad 16 s.d 17 masehi.

Tingkat pengangguran memberikan kita gambaran mengenai kemampuan kerja para SDM didalam suatu negeri. Tingkat pengangguran akan menegaskan indeks CPI / IHK yang sebelumnya kami bahas. Karena tingkat pengangguran akan memberikan gambaran daya konsumsi masyarakat. Jika pengangguran cukup tinggi akan membuat daya beli akan menurun. Sulit jika kita menawarkan prodak yang mahal atau bersifat tersier. Pada kondisi seperti itu, prodak yang murah dan bersifat primer atau sekunder akan lebih digandrungi masyarakat.

BACA JUGA  Jokowi Gratiskan Vaksin COVID-19 untuk Seluruh Rakyat Indonesia

Data tingkat pengangguran dapat dengan mudah diakses lewat situs internet Badan Pusat Statistik. Tingkat pengangguran disebut Tingkat Pengangguran Terbuka. Untuk membedakan antara yang secara nyata menganggur (Terbuka), dengan yang bekerja namun tidak pada tempatnya sehingga tidak optimal (Tertutup). Versi infografis yang mempermudah kita dalam memahami tingkat pengangguran sebagai berikut :

Penutup

Dalam pengambilan keputusan usaha, ketiga indikator ini (GDP, IHK dan TPT) perlu diperhatikan. Tujuannya adalah agar memastikan iklim usaha makro sebelum terjun ke dunia usaha. Layaknya nelayan yang membaca kondisi laut sebelum melaut mencari ikan. Ada kalanya kita harus bersabar di bibir pantai sampai badai mereda.

 

Daftar Pustaka

Mankiw, N. G. (2010). Macroeconomics (7th Ed). In Worth Publishers. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

https://www.bps.go.id/website/images/Pertumbuhan-Ekonomi-IV-2019-ind.jpg

https://www.bps.go.id/website/images/Inflasi-Mei-2020-ind.jpg

https://www.bps.go.id/website/images/Keadaan-Ketenagakerjaan-Indonesia-Februari-2020-ind.jpg

TAGS
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)