Toxic Relationhsip Yang Melukai | Generasi Zet

Toxic Relationhsip Yang Melukai | Generasi Zet

Kini banyak pasangan generasi Y akhir dan Generasi Z yang berhubungan baik dalam persahabatan maupun percintaan bersifat saling menyakiti. Mereka terhubung hanya demi status dan usaha untuk melenyapkan rasa kesepian entah lewat teman, pacar dls. Hal ini harus di benahi, terutama apabila sahabat atau pasangan mereka terus menyakiti dan membuat mereka sulit bertumbuh.

Apakah teman-teman pernah melihat kejadian berikut?

Pertama, sepasang kekasih yang saling menyakiti satu sama lain

Advertisements

Kedua, persahabatan yang saling menyakiti satu sama lain

Ketiga, seorang kekasih yang tetap bertahan walau di selingkuhi

Fenomena ini dinamakan fenomena Toxic Relationship. Mari kita bahas fenomena ini.

Penjelasan

Toxic Realtionship bukan hanya sekedar hubungan percintaan. Masalah ini juga bisa melebar dan terjadi dalam hubungan persahabatan.

Kenapa Toxic Relationship terus terjadi?

Memang aneh, tetapi alasan mempertahkankan Toxic Relationship sebenarnya sangat sederhana. Yaitu karena memilih merasakan sakit penderitaan dalam hubungan, dari pada merasakan sakit dalam kesepian.

Para peneliti dari YouGov menjelaskan bahwa Generasi Milenial adalah generasi yang paling kesepian

  • 30 persen generasi millennial selalu merasa kesepian
  • 30 persen tidak memiliki sahabat
  • 1 dari 5 millennial tidak memiliki teman untuk curhat tentang kehidupan
BACA JUGA  Stress Pada Remaja Part 2 | Generasi Zet

Tidak menutup kemungkinan generasi Z juga mengalami hal yang lebih buruk.

Lalu, mengapa kita bisa kesepian?

Media Sosial menjadi salah satu alasan kita merasa kesepian. Secara paradoks, media sosial membangun sekaligus memutus hubungan. Membangun hubungan di media online sekaligus memutus hubungan didunia nyata.

Pada 2018 lalu, sebuah studi dari University of Pennsylvania menemukan adanya hubungan antara waktu yang dihabiskan di media sosial dan rendahnya kebahagiaan pada orang yang berusia antara 23 hingga 38 tahun. Parahnya, hal ini diperburuk oleh ketergantungan kepada Media Sosial.

Pemecahan

Ada tiga pemecahan dalam menghadapi Toxic Relationship.

Pertama, Jangan Rendahkan Harga Diri.

Ingatlah bahwa hidup teman-teman ini sangat berharga. Teman-teman juga memiliki hak untuk berbahagia. Teman-teman memiliki kesempatan untuk memiliki kekasih yang mencintai dan sahabat yang menghargai.

Maka selanjutnya masuk ke cara Kedua, yaitu Berani Menghadapi Kesepian.

Untuk bisa memutuskan hubungan dan mengakhiri Toxic Relationship, maka teman-teman harus memberanikan diri untuk merasakan kesepian. Rasa kesepian pasti sangat sakit, ketika biasanya teman-teman dapat chat atau berbicara dengan orang lain, tapi kini teman-teman hanya bisa diam.

BACA JUGA  Fenomena Foya-Foya | Citizen 4.0

Mungkin teman-teman pernah gagal menghadapi perasaan ini, dan berakhir dengan mencari orang lain untuk membangun hubungan kembali. Sehingga mengulang hal yang sama, dimana jatuh kembali dengan hubungan beracun dengan orang lain.

Maka teman-teman harus bersabar dalam menghadapi rasa kesepian ini. Hal ini demi memutus rantai Toxic Relationship yang teman-teman alami.

Maka selanjutnya masuk ke cara Terakhir, yaitu Bangunlah Hubungan Yang Sehat:

Teman-teman harus siap-siap di sikapi secara negatif ketika meninggalkan para sahabat atau kekasih yang bersifat Toxic. Bersikaplah positif dan bangunlah perilaku yang baik. Perilaku positif tersebut akan menarik orang-orang yang memiliki sikap positif pula.

  • Layaknya bunga yang menebar harum, maka lebah yang akan datang menghinggapi.
  • Jangan seperti kotoran yang menebar busuk, karena lalat yang akan datang menyambutnya.

Selain itu, tolaklah mereka yang bersikap negatif dengan tegas. Ingat, tegas bukan berarti harus marah-marah. Tegas artinya kamu memiliki sikap dan kamu teguh akan sikap tersebut dengan menjauhi mereka.

KATEGORI
TAGS
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)