Uang Pembawa Berkah

Uang Pembawa Berkah

Ali bin Abi Thalib RA ditugaskan Rasulullah SAW untuk pergi ke pasar dan membeli sepotong pakaian untuk beliau. Dia pun pergi ke pasar dan membeli sepotong kemeja seharga dua belas dirham. Rasulullah SAW bertanya, “Berapa uang yang kau keluarkan untuk ini?”

“12 Dirham.”

“Aku tak begitu menyukainya! Aku ngin memakai yang lebih murah lagi. Jika penjualnya mau menrimanya kembali, maka tolong dikembalikan saja.”

Advertisements

“Aku tak tahu, ya Rasulullah!”

“Pergilah dan tanyakan kepadanya apakah boleh dikembalikan atau tidak!”

Ali RA membawa kembali pakaian itu ke pasar dan bertanya kepada si penjual,”Rasulullah SAW mengingnkan sebuah kemeja yang lebih murah dari ini. Apakah kau bersedia mengembalikan uang dan menerima kembali kemejamu ini?”

Si Penjual setuju. Ali pun menerima uangnya kembali dan menghadap Rasulullah SAW. Kemudian mereka berdua pergi ke pasar. Ditangah jalan Nabi SAW melihat seorang gadis budak sedang menangis.

“Mengapa kau menangis?” tanya Rasul SAW.

“Tuanku memberiku 4 dirham dan menyuruhku ke pasar untuk berbelanja. Aku tak tahu bagaimana, tapi uang itu telah hilang. Sekarang aku tidak berani pulang.”

BACA JUGA  Cita-cita Ekonomi Indonesia

Rasulullah SAW memberikan gadis tersebut 4 dirham dari 12 dirham yang dimilikinya seraya berkata, “Belilah apa yang kau inginkan lalu pulanglah!” Kemudian Rasulullah SAW menuju pasar dan membeli pakaian seharga 4 dirham dan langsung mengenakannya.

Di jalan pulang, beliau SAW melihat seseorang telanjang, maka segera beliau melepaskan kemejanya dan memberikannya pada orang itu. Beliau SAW kembali ke pasar, membeli pakaian lain seharga 4 dirham, mengenakannya, dan berjalan pulang. Di dalam perjalanan, kembali beliau SAW melihat gadis budak yang tadi bertemu dengannya, sedang duduk kebingungan, malu dan bimbang.

Beliau bertanya, “Mengapa kau belum juga pulang?”

“Wahai Rasulullah! Sepertinya aku sudah terlambat, aku khawatir mereka akan memukul ku karena keterlambatan ini.”

“Mari pergi bersama. Tunjukan aku jalan menuju rumah mu! Aku akan menjadi penengah agar mereka tidak menghukum mu.”

Rasulullah SAW memberi salam dengan suara lantang di depan pintu, “Wahai penghui rumah, salamun ‘alaykum.” Namun tak ada jawaban. Kembali beliau berseru, namun tetap tak ada jawaban. Untuk ketiga kalinya, beliau SAW kembali mengucap salam, kini mereka menjawab, “Wa’alaykum salam, wahai Rasulullah, wa rahmatullah wa barakatuh.”

BACA JUGA  Mengenang Revolusi Nasional Indonesia

“Mengapa kalian tidak menjawab salam ku yang pertama. Apakah kalian tak mendengar?”

“Tentu kami mendengar! Kami telah mendengar suara mu sejak awal dan tahu bahwa engkaulah yang datang.”

“Lalu mengapa kau tak langsung menjawab salam ku?”

“Wahai Rasulullah! Kami sangat senang mendengar ucapan alam dari mu berulang kali. Salam dari mu adalah kedamaian, berkah dan rahmat bagi rumah kami.”

“Gadis budak ini terlambat pulang. Aku datang ke sini untuk meminta mu agar tidak memarahinya.”

“Ya Rasulullah! Karena kedatangan mu adalah rahmat, maka gadis budak ini bebas mulai saat ini.”

Rasulullah SAW berkata, “Syukur kepada Allah Yang Agung, betapa berkahnya uang 12 dirham ini. Dengannya dua orang telanjang mendapatkan pakaian dan seorang gadis budak di bebaskan.”

Hikmah

Rasulullah SAW memilih mengenakan pakaian yang lebih murah seharga 4 dirham (Rp 15.359,90). Sisa uang yang Beliau miliki di pergunakan untuk menyedekahkan pakaian dan membantu seorang budak. Jikalau Rasulullah SAW memilih untuk mengenakan pakaian 12 dirham (Rp. 46.079,71), maka tidak akan mungkin beliau memberikan manfaat berupa sedekah pakaian atau membantu seorang budak.

BACA JUGA  Artificial Inteligence Berhala Masa Depan

Telah jelas bahwa memilih hidup hemat dan menggunakan sisa uangnya untuk membantu orang lain adalah hal yang mulia. Tak ada bedanya makanan di restoran mahal dibandingkan dengan makanan warung makan yang sederhana. Begitu pula dengan pakaian mahal seharga jutaan dengan pakaian seharga puluhan ribu. Kesederhanaan, hidup bersahaja dan peduli sesama adalah jalan hidup Bangsa Indonesia. Selama nilai-nilai itu hidup, maka selama itu pula ketentraman terus tumbuh di bumi nusantara.

Sekian artikel di hari Jum’at Raya ini, semoga menginspirasi Generasi Milenial dan Generasi Z untuk senang tiasa memberi manfaat kepada sesama.

KATEGORI
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)