WHO : Vaksin Tidak Akan Menghilangkan Covid-19

WHO : Vaksin Tidak Akan Menghilangkan Covid-19

Vaksin Covid-19 menjadi jawaban dunia medis ketika obat untuk menghadapi Virus Corona belum di temukan. Dilansir dari website resmi covid19.go.id vaksin adalah zat yang sengaja dibuat untuk mendorong pembentukan kekebalan tubuh dari penyakit yang sifatnya spesifik, sehingga vaksin dapat mencegah seseorang dari terjangkit penyakit tersebut.

Menurut WHO (Badan Keseharan Dunia), vaksin sendiri bekerja bersama dengan anti bodi sehingga mengalami penurunan resiko penularan. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/9860/2020 menetapkan 6 vaksin covid-19 yang bisa di gunakan untuk melakukan vaksinasi di Indonesia. Keenam vaksin tersebut adalah produksi PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc.-BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.

Di lansir dari Media Indonesia, Direktur Darurat WHO Michael Ryan mengatakan vaksin tidak sama dengan seratus persen mencegah Covid-19. “Vaksin dan vaksinasi akan menambah alat utama yang kuat untuk melawan Covid-19. Namun vaksin tidak akan menghilangkan Covid-19,” ujarnya.

Advertisements

Jadi, meskipun telah di vaksinasi covid-19, kita harus tetap taat dalam menerapkan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Walau kita sudah mendapat vaksin, bukan berarti 100% kebal atau terbebas dari covid-19.

BACA JUGA  Rangkuman Berita Internasional 5 Januari 2021

Perawat AS Positif Covid-19 Walau Sudah Vaksinasi

Seorang perawat yang sudah di vaksinasi di nyatakan positif Covid-19, setelah menerima vaksin Pfizer Inc lebih dari seminggu. Melansir Reuters, Matthew W (45), menjelaskan dalam postingan facebooknya telah menerima vaksin Pfizer Inc. Ia bercerita kepada ABC News bahwa lengannya sakit setelah menerima Vaksin selama sehari, namun ia tidak menderita efek samping lainnya.

Enam hari kemudian, lebih tepatnya pada malam Natal dia jatuh sakit setelah bekerja shift di Unit Covid-19. Gelaja yang ia rasakan adalah menggigil, nyeri otot dan kelelahan. Ia di nyatakan positif setelah pergi ke lokasi test sehari setelah Natal.

Di lansir dari ABC News, Christian Ramers (spesialis penyakit menular dari Pusat Kesehatan Keluarga San Diego) mengatakan bahwa ini tidak terduga.

“Kami tahu dari uji klinis vaksin bahwa akan memakan waktu sekitar 10 hingga 14 hari bagi Anda untuk mulai mengembangkan perlindungan dari vaksin,” kata Ramers.

“Dosis pertama, kami pikir, akan memberi Anda perlindungan sekitar 50%, dan Anda membutuhkan dosis kedua itu untuk mencapai 95%,” tambah Ramers.

BACA JUGA  Mempertimbangkan Kegiatan Belajar Tatap Muka Langsung

Seorang Warga di Swiss Meninggal Setelah Vaksinasi

Ilustrasi Swiss (Sumber Gambar : pixabay.com)

Di lansir dari Reuters, seorang warga Swiss meninggal setelah menjalani Vaksinasi. “Kami mengetahui kasus tersebut,” kata seorang juru bicara Pemerintah Kota Lucerne, Rabu (30/12), seperti dikutip Reuters. Dia menambahkan, masalah tersebut telah mereka rujuk ke regulator obat Swiss Swissmedic.

Vaksin Pfizer dan BioNTech sejauh ini merupakan satu-satunya vaksin yang mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat di Swiss. Swissmedic tidak bisa segera di hubungi untuk dimintai komentar. Sedang e-mail dan panggilan telepon dari Reuters ke Pfizer tidak segera di balas.

Dua Orang Warga di Israel Meninggal Setelah Vaksinasi

Ilustrasi Israel (Sumber Gambar : pixabay.com)

Di lansir dari Jerusalem Post, dua orang warga Israel meninggal setelah beberapa jam menjalani vaksinasi. Seorang warga berusia 88 tahun meninggal hanya beberapa jam setelah vaksinasi. Hal ini berselang sehari setelah seorang warga Israel lainnya berusia 75 tahun meninggal karena serangan jantung juga hanya beberapa jam setelah mendapat vaksin.

BACA JUGA  China : Laporan Terbaru Menunjukan China Melakukan Genosida Muslim

Pusat Medis Universitas Hadassah menjelaskan, pria 88 tahun itu menderita penyakit dengan latar belakang yang rumit dan parah. Sementara pria 75 tahun yang meninggal pada Senin (28/12) pernah menderita serangan jantung di masa lalu.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Chezy Levy menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara vaksinasi dan kematian kedua orang tersebut. “Hasil temuan awal tidak menunjukkan hubungan antara kematian pria itu dan vaksinasi,” ujarnya seperti dilansir The Jerusalem Post.

Asosiasi Midaat Israel mengatakan, ketika vaksin di berikan kepada populasi berisiko, mungkin ada kasus yang tidak menguntungkan. “Kita tidak boleh menyimpulkan dari sini tentang keamanan vaksin, tetapi menyambut transparansi yang di perlukan dari perusahaan farmasi dalam proses persetujuan obat,” sebut mereka.

KATEGORI
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)