Kemandirian | Re-Talk

Kemandirian | Re-Talk

Merak yang Sombong

Untuk memulai gambaran pentingnya kemandirian, saya awali dengan kisah dari negeri China:

Awal kali di ciptakan, burung-burung dahulu belum bisa terbang. Mereka masih merangkak dan berjalan di muka bumi. Lalu, mereka mulai belajar mengepakan sayap mereka untuk terbang.

Lalu, hadirlah Merak yang merasa sombong terhadap semua burung-burung lainnya. Ia merasa bangga dengan ekornya yang indah. Sehingga ia merasa tidak ada gunanya berusaha belajar terbang, itu hanya akan merusak ekornya yang indah.

Advertisements

Maka, suatu ketika turunlah hujan. Para burung-burung mengungsi ke atas pohon untuk berteduh. Saat itu Merak mulai menyesal karena tidak belajar terbang. Ia berusaha untuk mengepakan sayapnya, tetapi sayangnya sudah terlambat untuk belajar terbang. Kini sayapnya tambah berat akibat basah, ia tidak bisa mengungsi kemana-mana. Hingga akhirnya ia dengan mudah di tangkap manusia dan di kehilangan kebebasannya.

Penafsiran

Kadang kala kita sering menunda-nunda pekerjaan, bahkan kita menghindar dari tanggung jawab agar bisa menikmati waktu luang. Tanpa kita sadari, menghilang semua waktu yang bisa di pakai untuk mengasah skill dan kemampuan di waktu belia. Lalu, ketika kita memasuki masa tua, kita merasa kecewa dengan kemampuan kita yang terbatas. Akhirnya, kita bergantung kepada belas kasih orang lain.

BACA JUGA  Pendahuluan | EnterPreneur

Ratu dan Keluarga Petani

Memang seberapa besar pengaruh kemandirian dalam diri kita? Mungin gambaran kisah dongeng dari wilayah India ini bisa membantu teman-teman.

Dikisahkan seorang Raja berjalan bersama Ratunya kedaerah pedesaan. Mereka mendapati bahwa ada sekeluarga petani miskin. Sang Raja prihatin melihat hal ini, “ini adalah kehendak dewa, sehingga ia tidak akan pernah merubah nasibnya.” Sang Ratu merasa kurang setuju dengan pernyataan Sang Raja, “Tidak Suami-ku, dewa tidak berkehendak demikian!”

Lalu, Sang Ratu ingin membuktikan kesalahan Sang Raja mengusulkan ide “gila”. Ide itu adalah tinggal bersama sang Petani, ia yakin bahwa nasib Petani akan berubah.

Ketika Ratu mulai tinggal di rumah Petani, ia hal pertama yang ia lakukan adalah merapihkan rumah gubuk sang Petani. Ia rubah semua isi rumah tersebut. Ia mulai menata barang dan membersihkannya. Lalu, Sang Petani di larang pulang sebelum Sore hari, ia harus bekerja dan mencari nafkah sekeras mungkin. Sang Ratu juga mulai mengajarkan istri Sang Petani menabung, sopan santun, karakter kerja keras, kemampuan kerajinan, kemampuan keuangan dls.

Beberapa saat kemudian Sang Ratu kembali ke Istana dan membuktikan kepada sang Raja bahwa nasib keluarga petani ini berubah. Dari hasil kerja kerasnya, Sang Petani dan Istrinya kini mengelola dan memiliki lahan sendiri dan mampu memperluas lahannya. Mereka juga belajar mengatur keuangan sehingga mereka selalu berkecukupan.

Penafsiran

Bisa dilihat bahwa kemakmuran dan kemalangan terjadi akibat diri kita, yaitu cara kita bersikap. Ingatlah dan selalu bayangkan kondisi terburuk ketika tidak ada orang lain yang mampu membantu teman-teman, baik keluarga, sahabat maupun teman. Sehingga teman-teman harus berjuang sendirian menghadapi kesulitan hidup.

BACA JUGA  Restika Trimayda - Pengalaman Memulai Bisnis Saat Pandemi

Kemandirian ini adalah ketika kita mampu memecahkan masalah kita sendirian tanpa bergantung kepada orang lain. Bangunlah Skill, Kepribadian, Mentalitas,  serta Sisi Spiritual yang kuat untuk dapat mandiri. Tidak lupa, untuk terus memperbanyak pengetahuan mengenai dunia sekitar kita, karena kehidupan terus berubah dan berkembang.

KATEGORI
TAGS
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)