Cyberloafing, Fenomena Sosial Pekerja Indonesia

Cyberloafing, Fenomena Sosial Pekerja Indonesia

Mungkin sahabat Milenials sering menemui rekan kerja yang bermain media social ketika jam kerja. Tentu sahabat milenial bertanya-tanya, apakah fenomena ini, bagaimana fenomena ini terjadi, apakah saya termasuk yang melakukannya dan bagaimana cara pencegahannya. Hal ini akan dibahas didalam artikel Reaksi.Id kali ini.

Apa itu Cyberloafing ?

Menurut Vivien K. G. Lim (2002) Cyberloafing mengacu kepada kegiatan pegawai untuk menggunakan akses internet sepanjang jam kerja yang tidak bertujuan mendukung pekerjaannya (Lim, 2002 dikutip dalam Beugre dan Kim 2006). Wah, tentu kita akan bertanya-tanya, apakah kita termasuk dalam pelaku Cyberloafing ?

Advertisements

Seberapa Bahaya Cyberloafing ?

Data dari survei yang dilakukan BBC di Amerika, secara acak kepada 273 responden. perilaku Cyberloafing dekat dengan moralitas psikopat (tidak berperasaan dan parasit), machiavellianism (manipulatif), dan narsis (superioritas arogan).

Secara mudah bisa kita bayangkan sikap mental dan moral bagi mereka yang melakukan cyberloafing ditengah jam kerja. Mereka acap kali tidak merasa bersalah atas kesia-siaan yang mereka lakukan. Tentu hal ini mengindikasikan suatu gangguan mental atau kejiwaan. Jadi, hati-hati ya kawan terhadap mereka yang melakukan Cyberloafing, karena mereka dekat dengan orang yang berpenyakit jiwa.

BACA JUGA  Rangkuman Berita Internasional 6 Januari 2021

Mengapa Cyberloafing terjadi ?

Menurut (Ozler & Polat, 2012) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya cyberloafing pada pegawai, yaitu faktor budaya organisasi, faktor situasional, dan faktor individual.

Begini penjelasan mudahnya dan cara penanganan sederhananya

  1. Budaya Organisasi

Disadari atau tidak, sikap kerja dari rekan kerja, atasan dan pengondisian lingkungan akan mempengaruhi kita dalam melakukan Cyberloafing. Semakin budaya di suatu organisasi lemah, maka Cyberloafing akan semakin tinggi, serta sebaliknya. Budaya tersebut antara lain kerja keras, tanggung jawab, professionalitas dls.

Jika kita mendapati hal ini ditempat kerja kita, kita dapat menyarankan kepada atasan untuk menegakan budaya organisasi. Cara termudah adalah dengan kepemimpinan, yaitu atasan memberikan contoh dan mensosialisasikan nilai-nilai budaya tersebut.

  1. Situasional

Yaitu faktor situasi yang menciptakan kondisi untuk berselancar di Internet. Hal tersebut umumnya karena kurangnya pengawasan atasan terhadap diri karyawan. Jika hal ini kita dapati pada diri kita, segeralah untuk “bertaubat” dengan cara mendekatkan posisi meja kerja dengan orang yang mampu mengawasi kita (semisal rekan kerja yang disiplin atau atasan).

  1. Faktor Individu
BACA JUGA  Sinovac Sang Penyelamat dan Ancaman Ekonomi Indonesia

Yaitu perilaku Cyberloafing diakibatkan oleh kondisi kedirian meliputi rasa malu, kesepian, terisolasi, sulit mengontrol diri, harga diri yang rendah dan ketergantungan internet. Hal ini tidak dengan mudah kita selesaikan karena membutukan terapi. Salah satu cara adalah dengan menciptakan Self Control / Kontrol Diri yang kuat. Hal ini akan saya bahas di Artikel selainnya.

Nah Sahabat Milenial, itulah seputar masalah Cyberloafing dan pemecahannya. Tentu ada satu fenomena lagi disamping Cyberloafing yang akan kami ungkap di redaksi kami, yaitu fenomena prokrastinasi. Sampai berjumpa lagi kawan …

Daftar Pustaka

Beugre D. Constant & Kim Daeryong., 2006 Emerging Trends and Challenges in Information Technology Management, Volume 1 and Volume 2

Lim, Vivien K. G. (2002), The IT way of loafing on the job: cyberloafing, neutralizing and organizational justice, Journal of organizational Behavior, Volume 23, Issue 5, Pages 675-694.

OZLER, Derya Ergun dkk (2012), CYBERLOAFING PHENOMENON IN ORGANIZATIONS: DETERMINANTS AND IMPACTS, International Journal of eBusiness and eGovernment Studies, Volume 4, Issue 2.

TAGS
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)