Site icon Reaksi

Jawa Timur : Lumpur Lapindo Mengandung Komponen Logam Mobil Listrik

SIDOARJO, JAWA TIMUR, INDONESIA - 28 MEI: Asap keluar dari semburan lumpur pada tanggal 27 Mei 2016 di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Pada tanggal 29 Mei 2006, semburan lumpur dimulai di Kabupaten Sidoarjo Indonesia di mana hampir 40.000 penduduk desa mengungsi dan dua puluh nyawa hilang, dua hari setelah gempa bumi berkekuatan 6,3 skala Richter melanda wilayah tersebut. Perusahaan minyak dan gas Indonesia, PT Lapindo Brantas, dianggap ikut bertanggung jawab atas bencana tersebut dan meskipun kompensasi telah disiapkan, namun lambat untuk menjangkau mereka yang terkena dampak. Sepuluh tahun kemudian, geyser lumpur terus menyemburkan lumpur setiap hari dan logam berat tingkat tinggi telah terdeteksi di sungai terdekat. (Foto oleh Ulet Ifansasti / Getty Images)

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan potensi kandungan Logam Tanah Jarang (Rare Earth) di lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Logam Tanah Jarang merupakan salah satu mineral yang jadi perhatian karena dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle / EV).

“Kami juga melakukan kajian terhadap lumpur Sidoarjo, yang ternyata juga di identifikasi oleh Badan Litbang mengandung logam tanah jarang,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu, 20 Januari 2021.

“Tahun ini dari sembilan lokasi survei yang kami lakukan, yang terkait logam tanah jarang itu ada di Kabupaten Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah). Itu kami lakukan identifikasi dan hitungan sumber daya dari logam tanah jarang,” katanya.

Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, telah diidentifikasi sebanyak 28 lokasi yang memiliki potensi logam tanah jarang, termasuk lumpur Lapindo Sidoarjo. Secara rinci, potensi tersebut tersebar di 16 lokasi di Sumatera, tujuh lokasi di Kalimantan, tiga lokasi di Sulawesi dan dua lokasi di Jawa.

Logam Tanah Jarang Yang Diperebutkan

Tambang tanah jarang di Baiyun’ebo atau Bayan Obo. Baiyun’ebo atau Bayan Obo adalah kota pertambangan di Mongolia Dalam di Cina. Tambang di utara kota adalah salah satu deposit logam tanah jarang terbesar yang ditemukan di dunia.
(www.gettyimages.com)

Antara Juni hingga Agustu 2020, Amerika mempermasalahkan usaha China untuk mendominasi penjualan Logam Tanah Jarang. Di lansir dari VOA, Laporan peneliti Amerika Serikat (AS) menunjukkan Beijing menggunakan subsidi negara untuk membangun industri pengolahan bahan tambang mineral “rare earth” sebagai senjata geopolitik terhadap Barat.

Laporan yang di terbitkan pada Senin (29/6) oleh perusahaan konsultan Horizon Advisory, menyimpulkan China memanfaatkan industri itu untuk dominasi geopolitik, dan bukan sekedar nilai komersialnya. “Mereka tidak mementingkan pengembalian ekonomi dalam hal ini,” kata pendiri Horizon Nathan Picarsic kepada harian Wall Street Journal. “Mereka menilai, penguasaan atas industri ini membuka jalan untuk menang tanpa pertempuran.”

Asisten Menteri Pertahanan untuk Akuisisi dan Kesinambungan Ellen Lord mengatakan kepada wartawan, Senin (26/8), “jalan yang paling potensial” bagi Pentagon adalah membangun fasilitas pemrosesan logam tanah jarang dengan Australia untuk mengatasi kebutuhan Pentagon dan sekutu internasional lainnya.

“Tantangannya sebenarnya adalah memproses logam tanah jarang dan memiliki fasilitas untuk melakukannya. Karena sering kali China menambang logam tanah jarang di tempat lain dan membawanya kembali ke China untuk memprosesnya,” kata Lord.

Sekitar 80 persen logam tanah jarang yang di impor oleh Amerika berasal dari China, dan pada 2017. China sendiri menyumbang 81 persen dari produksi logam tanah jarang di dunia, demikian menurut data dari Survei Geologi AS. Logam tanah jarang diperlukan pada mesin jet militer AS, satelit, sistem pertahanan rudal, dan perangkat penglihatan di malam hari.

Exit mobile version