Ayo Kreatif | EnterPreneur

Ayo Kreatif | EnterPreneur

Dalam buku Bruner yang berjudul Toward a Theory of Instruction dalam buku Modul Kewirausahaan oleh Rhenald Khasali dkk, ia mendefinisikan bahwa Kreatifitas adalah sebuah “Kejutan yang Efektif”, yaitu memikirkan segala hal yang belum pernah ada, belum pernah terpikirkan, unik, aneh dan sebagainya.

Kreatifitas menurut Newel, Shaw dan Simon terbagi menjadi tiga yaitu

  • Melihat dengan sudut pandang baru
  • Menemukan hubungan baru
  • Membentuk kombinasi baru

Hambatan Kreatifitas

Namun, Kreatifitas memiliki hambatan dan tugas kita adalah menghadapi hambatan tersebut. Hal ini di jelaskan oleh James L. Adams yaitu:

Advertisements

Pertama, Hambatan Persepsi

Yaitu hambatan akibat kurangnya pengetauan sehingga kita keliru memahami masalah dan memanfaatkan sumber daya yang kita miliki untuk memecahkan masalah. Kurangnya Informasi dapat menyebabkan hal ini. Tetapi, terlalu Banyak Informasi sehingga sulit di cerna juga menyebabkan hal serupa.

Kedua, Hambatan Emosi

Emosional juga bisa menyebabkan kita kehilangan kreatifitas, LeDoux (dalam Goleman, 2006) menjelaskan bahwa Informasi yang diterima Indrea diterukan ke Talamaus. Talamus memahami informasi tersebut. Lalu Talamus mengirim ke Neokorteks yang menjadi pusat analisis Pikiran. Lalu Neokorteks bisa mengirim Informasi ke Amigdala tempat Proses Emosi. Tetapi, dalam keadaan yang Talamus anggap genting, informasi langsung dikirim ke Amigdala, sehingga melahirkan sikap Emosional tanpa Pikir Panjang.

Reaksi ini adalah reaksi purba untuk menghindari ancaman seperti gerak refleks yang bermain hingga hitungan seperdetik. Tetapi, acapkali malah membuat kita mematikan daya pikir dan bersikap irrasional. Maka setiap informasi haruslah ditanggapi dengan tenang sehingga Amigdala tidak mengambil kendali atas sikap kita. Kemampuan kontrol atas emosi tersebut bisa membuat kita memberikan pemecahan dengan Inovatif.

Ketiga, Hambatan Kultural

Yaitu ketika kita hidup di budaya yang mengekang Kreatifitas. Misalnya budaya Otokrasi dimana pendapat atau kritik di lingkungan tersebut di redam atau tidak di terima. Kalau pun pendapat kita logis untuk peningkatan kinerja perusahaan, acapkali di tolak dan masalah tersebut di biarkan yang akhirnya membuat perusahaan berkurang kinerjanya. Lebih baik, kita keluar dari perusahan yang memiliki budaya-budaya yang Otokrasi tersebut, lalu mencari lingkungan yang lebih Demokratis.

BACA JUGA  Jangan Berjudi, Gatcha dan Mempertaruhkan Nasib | Citizen 4.0

Keempat, Hambatan Lingkungan

Lingkungan terbagi menjadi lingkungan Fisik dan non Fisik. Lingkungan non Fisik berbicara mengenai interaksi di tempat kerja. Sementara lingkungan Fisik berbicara mengenai Sarana dan Prasarana di tempat kerja. Interaksi yang buruk dapat menghambat Kinerja dan Kreatifitas. Demikian pula Sarana dan Prasarana yang tidak memadai.

Kelima, Hambatan Intelektual

Ada sebuah kutukan Intelektual, dimana seseorang yang semakin tinggi Intelektualnya bukan semakin mampu memecahkan masalah, tetapi malah semakin rumit dalam menyelesaikan masalah. Seakan-akan semua hal harus di takar dengan teori yang berjubel-jubel. Dalam memecahkan masalah, tidak melulu teori mampu menjawabnya.

Membangun Kreatifitas

Pada intinya, Kreatifitas hadir akibat kita menyadari adanya suatu masalah atau GAP antara Harapan / Kondisi Ideal dengan Kenyataan. Namun, tidak semua Inovasi bisa di terima, perlu prasayarat yaitu:

Inovasi harus Berorientsi Pasar

Inovasi harus mengikuti perkembangan kebutuhan Pasar. Hal ini mengingatkan kita kepada keruntuhan Nokia, saat nokia Runtuh, CEO nya menjelasakan bahwa mereka tidak melakukan hal yang salah karena terus berinovasi. Tetapi, pasar sudah berubah, sehingga Inovasi mereka tidak dibutuhkan.

Mampu menigkatkan Nilai Tambah Perusahaan

Ada kisah unik dimana Coca Cola sempat merubah resep rasanya, alasannya karena rasa Coca-cola kalah dengan Pepsi. Namun, para konsumen Coca-coal sudah terikat secara emosional dengan rasa Coca-cola yang lama. Sehingga perubahan ini malah membuat Konsumen Kecewa.

Dalam ber-Inovasi, kita harus mengidentifikasi hal utama yang ada didalam Produk kita, misalnya Kopi, kita identifikasi apa yang menajdi daya tarik kopi kita, nilai-nilai Esteteik dari tempat, Rasa kopi atau keramahan pelayan. Jangan sampai Inovasi menghapus nilai-nilai yang unggul.

Punya unsur Efisiensi, Efektifitas dan Adaptif

Inovasi haruslah mampu memberikan kinerja yang lebih Efektif, namun lebih Efisien juga, serta Adaptif dengan kondisi perubaan Zaman.

BACA JUGA  Masykur Aulia - Pengalaman Memulai Bisnis Semenjak SD

Misalnya Inovasi Mobil Listrik, Listrik lebih Efisien karena menggunakan tenaga listrik yang bisa di ambil dari Tenaga Matahari. Mobil listrik juga Efektif karena lajunya bisa menyaingi laju kendaran Bensin. Selain itu, Mobil Listrik Adaptif dengan perubahan Zaman yang mengalami Pemanasan Global.

Harus Sejalan dengan Visi dan Misi Perusahaan

Inovasi acapkali menyimpang dari awal Visi dan Misi Perusahaan di bentuk.

Pada than 2005, Cheetos yang memproduksi Snack mengeluarkan prodak Lipsbalm rasa Cheetos. Bayangkan, menggunakan pelembab bibir rasa chiki. Akhirnya produk itu tidak laku, siapa juga yang mau menggunakan Chiki sebagai pelembab bibir.

Harus bisa di Tingkatkan lagi

Inovasi harus membuka kesempatan untuk mendorong Inovasi selanjutnya. Dalam artian, kita tidak boleh puas dengan hasil Inovasi yang kita raih. Keberhasilan dalam sebuah Inovasi harus mendorong keberhasilan lainnya.

Tips Membangun Kreatifitas

Disini saya akan menyampai Tips dari Modul Kewirausahaan yang di susun oleh Rhenald Kasaldi dkk:

1. Jangan batasi diri anda kecuali berurusan dengan Moral dan Integritas

Jangan terpaku rutinitas, karena Rutinitas pembunuh utama Kreatifitas.

2. Pecahkan masalah dengan cara yang berbeda

Jangan takut salah, selama hal itu beresiko rendah dan kita punya keyakinan akan tingkat keberhasilannya.

3. Bertemanlah dengan banyak orang dan orang-orang baru

Jangan hanya bertahan di sebuah Circle saja, kenalah orang-orang dari kelompok lainnya. Dari sana akan ada banyak pengetahuan dan informasi yang berbeda dan bahkan bisa berlawanan dengan Circle kita selama ini.

Terus dan Terus Belajar. Ingatlah bahwa Dunia ini terus berubah dan banyak hal-hal baru ditemukan. Eksplorlah hal-hal beru tersebut, akseslah atau carilah hal yang paling Update atau Trend Zaman.

4. Bacalah buku terbitan lama dan baru, serap informasi dari berbagai zaman

Bayangkan, untuk membuat buku, seorang penulis perlu bertahun-tahun dan bahkan ada yang mencapai puluhan tahun. Lalu anda membacanya hanya dalam waktu seminggu atau sebulan. Maka anda mampu menyerap pengetahuan yang di kumpulkan seseorang bertahun-tahun. Hal ini akan membuat anda menjadi pusat kumpulan Informasi yang dapat menghasilkan Ide-ide kreatif. Misalnya dari dunia Manajemen, kita mengenal Sun Tzu, seorang penulis buku strategi di China pada abad 500 sebelum masehi, strategi yang disusun 2.500 tahun yang lalu ternyata bisa di terapkan di dunia manajemen strategi hari ini. Sehingga tidak ada ruginya mempelajari hal-hal kuno, untuk dapat melahirkan inovasi yang unik.

BACA JUGA  Mahalnya Konsentrasi di Era 4.0 | Generasi Zet

5. Berfikir Kritis

Tentu selain belajar, kita harus menemani ilmu yang kita serap dengan Berfikir Kritis. Berfikir Kritis yaitu berusaha untuk menghasilkan Ide-ide Kontra terhadap yang kita pelajari, mengungkap Paradoks-paradoks yang tersembunyi dan Menghancurkan Mitos yang Tegak Berdiri.

Dalam Filsafat ada pemikiran tentang Tessa, yaitu pengetahuan lama. Lalu Tessa dibenturkan dengan Anti Tessa, yaitu kritik atau pengetahuan baru.Maka lahirnya Sintesa, yaitu hasil benturan dari Pengetahuan Lama dengan Kritik atau Pengetahuan Baru. Sintesa ini adalah bentuk Inovatif dari Pengetahuan lama kita, dan inilah yang dinamakan kerja Kreatifitas.

6. Hidup dalam Ketidakpastian dan Lihatlah secara Makro

Tentu awal dari Kreatifitas adalah masalah, maka kita harus menghadapi masalah atau mendatanginya jika kita rasa hidup kita terasa hambar. Hiduplah dalam tantangan dan ketidakpastian, dimana kemampuan berfikir dan kontrol emosional di uji. Laluilah dengan Perspektif Makro, lihatlah gambaran luas dari gelombang ujian yang kita hadapi.
Layaknya Pelaut yang mencoba untuk memeta samudera sembari dia menghadapi ombak.

7. Bangunlah Proyek Inovatif

Terakhir, kita harus mencurahkan Kreatifitas kita dalam sebuah Proyek Rill, bukan imajiner dalam konsep. Jika kita katakan ingin membangun usaha, maka bangunlah usaha. Amat di sayangkan sisi kreatif kita hanya sampai pada titik imajinasi saja.

KATEGORI
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)