Sinovac Sang Penyelamat dan Ancaman Ekonomi Indonesia

Sinovac Sang Penyelamat dan Ancaman Ekonomi Indonesia

Gegap gempita kedatangan vaksin telah menjalar keseluruh pelosok dunia. UEA melaporkan bahwa Sinovac di jamin 86% ampuh melawan Virus Corona. Publik tidak meragukan kemampuan Sinovac untuk melawan Virus Corona, namun publik mempertanyakan kemampuan Sinovac untuk ikut “menyembuhkan” perekonomian.

Beberapa pengamat mengatakan bahwa kehadiran Sinovac belum bisa menjadi jaminan tumbuh kembang ekonomi Indonesia. Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menyampaikan kesangsian kemampuan Sinovac merubah situasi perekonomian. Taufik berkata, “Ini saya melihat memang angin segar, tapi baru awal. Memang positif tapi harus dilihat nanti pengaruhnya bagaimana ke penurunan kasus”. Hal tersebut ia sampaikan dalam podcast Tolak Miskin detikcom, Sabtu (12/12/2020).

Namun, pemerintah menekankan bahwa kehadiran vaksin menjadi sebuah angin segar pertumbuhan ekonomi. Jokowi mengungkapkan,”Kita harapkan setelah vaksinasi, kesehatan masyarakat pulih. Kegiatan ekonomi masyarakat bisa bergerak. Dan, kita harapkan bisa menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya”. Penyataan tersebut melansir dari Jawapos, Jakarta (14/12/2020).

Advertisements

Pemerintah mengungkap akan menjadikan Sinovac sebagai momentum kebangkitan ekonomi Indonesia. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, “vaksin menjadi game changer yang mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap kesehatan yang goalnya pada pemulihan ekonomi nasional”. Penyataan tersebut melansir dari Jawapos, Jakarta. (14/12/2020)

BACA JUGA  India : Muncul Kasus Flu Burung (H5N8 & H5N1) Di Sembilan Negara Bagian

Optimisme Pasar Keuangan Indonesia

Kehadiran Sinovac memang dapat memberikan dampak secara ekonomi, secara langsung dampak itu terlihat di pasar keuangan Indonesia. IHSG terus menghijau akibat isu kehadiran Sinovac. Hal ini sebuah indikasi optimisme pasar keuangan Indonesia.

Ancaman Ekonomi

Sinovac bukan hanya menjadi angin segar, melainkan dapat menjadi penambahan beban pengeluaran negara dan masyarakat. Permasalahan utama adalah pro dan kontra dari komersialisasi Sinovac, sehingga beberapa ahli menyayangkan kehadiran Sinovac yang tidak gratis menjadi ancama tersendiri. Dhicky Budiman (Epidemiolog Griffith University Australia) dan Pandu Riono (Epidemiolog Universitas Indonesia) menyampaikan keperihatinannya terkait komersialisasi Sinovac.

Sikap pemerintah yang menjadikan Sinovac sebagai sebuah bisnis, adalah sebuah sikap yang kontra produktif dengan tujuan pemulihan ekonomi. “Memulihkan ekonomi. Jadi ekonomi ini kan akan bergulir kalau sebagian masyarakat spend money untuk beli vaksin. Kelihatannya arahnya ke sana,” kata Pandu saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/12/2020).

Sinovac sendiri hadir sebagai pemecahan universal menghadapi Virus Covid-19, dan Komersialisasi Sinovac tidak sesuai dengan semangat pencegahan wabah tersebut. “Lha kita mau mengendalikan wabah, tapi kok malah jualan. Itu secara etika rasanya tidak pantas sama sekali,” kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/12/2020).

BACA JUGA  Kongo : Enam Ranger Penjaga Hutan Tewas

Penutup

Optimisme menjadi kunci dalam menghadapi situasi ini. Namun, kewaspadaan terhadap tiga indikator ekonomi harus tetap dipegang erat. Para Generasi Milenial dan Generasi Z harus konsisten terus berkarya, meraih pendidikan, merintis usaha dan membangun karir. Saat ini Indonesia bagai sebagai bahtera yang berada dalam amukan badai, dan kita harus berlayar maju untuk bisa keluar dari badai tersebut. Kita akan terombang ambing dan terlumat ombak ketika memilih diam. Mari terus galakan optimisme dan semangat juang, karena banyak harapan bangsa yang berada di tangan Generasi Milenial dan Generasi Z.

TAGS
Share This

KOMENTAR

Wordpress (0)